Masjid itu berdiri megah di atas hulu Sungai
Brantas.Gemericik aliran airnya ter dengar dari dalam masjid.Sebuah suasana
yang digam barkan para pengurus masjid seperti digambarkan dalam Surah al-Hijr
ayat 45:Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa itu berada dalam surga
(taman-taman) dan (di dekat) mata air-mata air (yang mengalir).Seperti di dalam
surga.
Sungai Brantas berada di belakang Masjid AR Fachruddin
Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Jawa Timur, sedangkan di depannya Jalan
Raya Tlogomas Malang, Jawa Timur. Posisi yang berdekatan dengan jalan raya ini
membuat masjid ini mudah disinggahi.
Bangunan masjid yang menempati tanah seluas 6.000 meter
persegi ini terdiri dari lima lantai. Tempat ibadahnya menempati lantai tiga
dan empat. Sementara itu, lantai satu, dua, dan lima digunakan untuk berbagai
kegiatan.
Menurut H Syamsurizal Yazid, kepala Badan Pemakmuran Masjid
(BPM) UMM yang didampingi sekretarisnya, Choirul Amin Setiadi, meskipun Masjid
AR Fachruddin menempati lantai tiga dan empat, ketika berada di dalam cukup
lapang. Sebab, lantai tiga, empat, dan lima tidak ditutup dengan lantai, tetapi
bebas bangunan hingga kubah masjid.
Bangunan masjid kampus terbesar di Asia Tenggara ini
ditopang dengan 81 tiang sehingga terlihat kokoh. Bahkan, bangunan ini
dinyatakan sudah teruji kekokohannya dengan beberapa kali diguncang gempa. Di
dalam masjid terhampar karpet merah yang berasal dari Arab Saudi. “Warna dan
jenis karpet ini sama dengan yang ada di Masjid Madinah,” kata Syamsurizal
kepada Republika di Kampus UMM Malang, Sabtu (19/7).
Semangat modernitas Kebudayaan Jawa, Arab, dan modern
menyumbang pada penampilan arsitektur masjid UMM ini. Kehadiran cungku pada
ujung setiap kubah adalah sumbangan dari kebudayaan Jawa. Ornamen dan pilar
hadir dalam gaya modern.
Disebutkan, penampilan modern ini untuk menggambarkan
semangat modernitas dalam ajaran Islam. Kehadiran pilar yang gagah perkasa itu
enggambarkan bangunan tauhid. Kubah berikut ornamen buah dan daun melambangkan
amal saleh.
Sementara itu, bagian pengimanan dihiasi dengan dan mimbar
jati berukir dari Jepara Jawa Tengah dan arc atau semacam gapura melengkung.
Arc merupakan pertanda keme nanga n atau tanda penaklukan atau lambang
kejayaan.
Pada lengkung gapura tertulis ayat al-Mujaadillah ayat 11:
yarfa’i allaahu alladziina aamanuu minkum waalladziina uutuu al’ilma darajaatin
waallaahu bimaa ta’maluuna khabiirun. Artinya, Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajat. Dan, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.
Filosofi dari kutipan ayat ini dimaksudkan agar keberadaan
masjid di lingkungan akademik dapat mendukung pengembangan ilmu pengetahuan.
Masjid yang diresmikan BJ Habibie ini digunakan sebagai tempat menggali ilmu
pengetahuan dan melestarikannya.
Sedangkan di dinding belakang gapura ditulis Surah at-Taubah
ayat 18: innamaa ya’muru masaajida allaahi man aamana biallaahi waalyawmi
al-aakhiri wa-aqaama alshshalaata waaataa alzzakaata walam yakhsya illaa
allaaha fa’asaa ulaa-ika an yakuunuu mina almuhtadiina.
Artinya, hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah
orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, serta tetap mendirikan
shalat, menunaikan zakat, dan tidak takut (kepada siapa pun) selain kepada
Allah, maka merekalah orang- orang yang diharapkan termasuk golongan
orang-orang yang mendapat petunjuk.
Jendela kecil Agar cahaya di dalam masjid mencukupi, dinding
bagian atas di sebelah barat dipasang kaca berlukiskan lambang Muhammadiyah.
Sedangkan di bawah kubah yang berdiameter kurang lebih 25
meter juga ada banyak jendela kecil-kecil yang melingkari kubah. Dengan begitu,
sirkulasi udara dan sinar ke dalam masjid cukup bagus.
Untuk menghubungkan satu lantai ke lantai yang lain, ada
tangga yang cukup lebar. Tempat wudhu berada di lantai dua yang dilengkapi
dengan 18 kamar mandi (10 kamar madi pria dan delapan kamar mandi wanita), dan
keran wudhu 22 untuk pria dan 14 keran wanita.
Masjid yang bisa menampung kurang lebih 5.500 jamaah ini
juga dilengkapi dengan menara setinggi 750 meter yang terletak di samping
bangunan masjid. Menara ini berfungsi sebagai tempat pengeras suara dan antena
Radio UMM FM.
Lantai lima, kata Syamsurizal, digunakan untuk pendidikan
bahasa Arab dan Pondok Pe santren Abdul Rahman bin Auf. “Kita memi liki sekitar
400-500 santri yang berasal dari mahasiswa dan masyarakat sekitar,” katanya.
Lantai dua digunakan untuk pendidikan dan laboratorium
bahasa Arab. Selain itu, juga digunakan untuk pelatihan Al Islam Ke mu
hammadiyahan (AIK) bagi mahasiswa Uni versitas Muhammadiyah Malang. Semen tara,
lantai satu digunakan untuk perkantoran perbankan, perpustakaan, poliklinik,
lembaga bantuan hukum, markas dakwah, laboratorium kesejahteraan sosial,
laboratorium hubungan in ternasional, dan Radio UMM FM.
Intinya, Utamakan yang Wajib
Pembangunan Masjid AR Fachruddin ini, menurut Muhadjir
Effendy, rektor Universitas Muhammadiyah, tidak lang sung jadi. Namun, secara
bertahap dan memakan waktu kurang lebih lima tahun seiring dengan tersedianya
dana yang dimiliki UMM.
“Masjid ini dibangun sebelum ada bangunan lain di Kampus III
ini,” katanya kepada Republika di Malang, Sabtu (19/7).
Filosofinya, kata Muhadjir, inna shalati wanusuki wamahyaya
wamamati lillahi rabbil alamin, yang artinya sesungguhnya shalatku, ibadahku,
hidupku, dan matiku hanyalah karena Allah, Tuhan seluruh alam. Jadi,
mengutamakan shalat, kemudian mengerjakan yang lain. “Apa yang kita lakukan
semua ini untuk Allah SWT. Jadi, wajibnya kita dahulukan, baru mengerjakan
sunahnya,” katanya.
Dalam membangun masjid ini tidak ada masterplan, tetapi
dirancang sendiri, kemudian didesain bersama. Sedangkan, dana belum tersedia
sehingga pembangunannya memakan waktu cukup lama.
Pemilihan lokasi masjid yang terletak di pinggir kali dan
jalan raya dimaksudkan agar masjid ini tidak terkesan eksklusif milik kampus
semata, tetapi masyarakat dapat ikut menggunakannya sebagai tempat ibadah.
“Memang lokasi masjid ini dinamakan zona publik. Sebab, di
situ ada masjid, perbankan, poliklinik, konsultasi psikologi, ada tempat kursus
bahasa Arab, perpustakaan,” katanya.Letaknya yang berada di pinggir jalan ini
tidak mengganggu kegiatan akademik UMM.
Bahkan, di samping masjid sudah dibangun Stasiun Pengisian
Bahan Bakar Umum (SPBU) dan sebentar lagi di antara masjid dan SPBU akan
dibangun mal. Dengan demikian, zona publik ini akan semakin menyatu dan orang
bisa one stop shopping, yaitu mengisi bahan bakar, belanja, dan melaksanakan
shalat.